Caption: Dirut PHR Jaffee Arizon Suardin beserta jajarannya saat mengunjungi program binaan, Rumah Jahit Lestari (RJL) di Duri, Kabupaten Bengkalis.( PHR)
DURI, ( Detikperjuangan.com) – Tak ada yang mustahil jika mau berusaha, itulah petuah yang terpatri dalam benak Suci Sustari. Wanita yang tinggal di Duri, Kabupaten Bengkalis ini mampu mewujudkan mimpinya, beserta mimpi-mimpi puluhan ibu-ibu rumah tangga di lingkungannnya, sehingga memiliki kompetensi dan penghasilan yang cukup mumpuni.
Siapa sangka, bermula dari tekad yang kuat itulah, wanita berlatar belakang guru ini memulai bisnis menjahit dari nol. Keterbatasan itu bukan hanya dari sisi modal, namun juga pengalaman. Suci, mitra binaan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) ini menguatkan tekad untuk belajar secara autodidak lewat video-video tutorial di YouTube. Dan tak disangka, tiga tahun berselang, usahanya kini maju dan berkembang hingga meraup omzet hingga Rp 600 juta per bulan.
Usaha yang dirintis Suci diberi nama Rumah Jahit Lestari (RJL), ia bersama sang suami berkolaborasi menguatkan tekad menjadi penjahit sekaligus distributor baju-baju coverall yang merupakan APD (Alat Pelindung Diri) bagi pekerja lapangan perusahaan migas. Selain itu, ia juga mengembangkan produk UMKM hingga pernak-pernik busana Melayu.
“Dulu suami saya itu bekerja di perusahaan, namun setelah berhenti dan menganggur, kami mendapat cobaan finansial. Sehingga saya berfikir keras untuk memulai usaha ini, Alhamdulillah saat ini telah maju dan berkembang,” kenang Suci.
Usaha yang dijalaninya tersebut merupakan binaan PHR bersama mitranya Politeknik Negeri Bengkalis, perusahaan migas ini secara konsisten memberikan pembinaan hingga penyertaan alat-alat produksi melalui implementasi program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Awal mula kisahnya, Suci sama sekali tak memiliki karyawan, semua ditangani dirinya bersama sang suami. Semua keterbatasan itu dilaluinya demi mengubah nasib dan masa depan yang lebih baik. Ia pun mulai mengontrak ruko yang hanya 1 pintu pada 27 Mei 2021.
“Merintis ini kami berbagi peran, suami yang jadi marketingnya, saya yang coba menyiapkan pesanan. Saya ingat betul, saat satu minggu buka ruko, datang mobil perusahaan ke sini dan memesan 40 pasang baju coverall. Dari situlah nalar guru saya ditantang, padahal saya sama sekali gak bisa menjahit lho saat itu, jadi saya minta contoh bajunya dan saya jiplak. Saya dibantu juga oleh penjahit di daerah sini bernama Bu Zetriani, akhirnya 40 baju pesanan itu selesai dalam seminggu,” kata Suci. “Mereka pun puas dengan hasilnya, dari situlah saya bersemangat untuk lebih giat lagi memajukan usaha ini,” tambahnya.
Sementara di sisi lain, dia tak melihat ada penjahit yang sudah membuat baju tersebut. "Ini peluang bagus. Karena paling tidak tiap pekerja memerlukan dua baju jenis tersebut dan berganti minimal sekali dalam setahun," ujar Suci.
Lantas hari demi hari dijalani Suci untuk terus belajar dan megembangkan diri, hingga dirinya mahir dan membuka kelas menjahit gratis bagi warga setempat. Kini, sudah lebih dari seratus muda-mudi serta ibu rumah tangga yang punya keterampilan menjahit berkat pelatihan-pelatihan itu. Sebagian besar dari mereka saat ini bekerja dengan Suci untuk melayani pesanan di Rumah Jahit Lestari.
Saat mulai berkembang itulah, PHR lewat program TJSL-nya melakukan pembinaan yang masif untuk meningkatkan kompetensi dan memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah operasi.
Menjadi binaan PHR menurut Suci adalah suatu anugerah yang luar biasa, ia pun bercerita bahwa awalnya dirinya berusaha untuk bertemu dengan salah satu perwira PHR yang konsisten menjalankan program CSR. Ia pun membujuk rayu serta menyampaikan maksud dan tujuannya, serta meyakini untuk bisa berkembang. Alhasil, tekad suci yang kuat tersebut berbuah manis.
“Awal-awal 5 mesin jahit dibantu, dari situ saya terus giat mengembangkan usaha ini. Sekarang sudah maju berkat binaan PHR, kami turut berterima kasih atas pembinaan yang telah diberikan ini. Sehingga membawa perubahan bagi hidup saya, dan para karyawan yang saya pekerjakan,” tutur dia.
Kini, dalam sebulan Rumah Jahit Lestari mampu memproduksi 300 baju coverall. Dari situlah omzet Suci terus merangkak naik, bahkan usaha Rumah Jahit Lestari tersebut kini sudah direplikasi di beberapa wilayah, seperti di Kabupaten Rokan Hilir.
Tanamkan Nilai Diversitas dan Bina Pemuda Disabilitas
Bagi Suci, hidup bukan semata-mata tentang uang. Tapi juga nilai kebermanfaatan dan kontribusi terhadap lingkungan sekitar. Saat ini, usaha Rumah Jahit Lestari didominasi oleh kaum hawa, dia memenamakan program itu sebagai RJL Perempuan Hebat. “Para perempuan kita berdayakan di sini, saya juga punya anggota yang disabilitas. Mereka kita bina agar skilnya mapan dan dapat penghasilan yang maksimal,” ujarnya.
Sekarang, bukan hanya sebagai penerima manfaat binaan PHR saja, Rumah Jahit Lestari juga setiap tahunnya memiliki program berbagi dengan menjahitkan anak-anak pesantren dan panti asuhan baju secara gratis. “Dari kecil saya juga dibiasakan berkontribusi bagi masyarakat sekitar. Saat ini sudah 290an baju kami berikan gratis kepada anak-anak panti asuhan dan pesantren,” tuturnya.
Di sisi lain, Rumah Jahit Lestari merupakan program TJSL PT Pertamina Hulu Rokan di bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat. Selain bidang tersebut, TJSL juga berfokus pada bidang pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, dan bantuan pasca bencana.
Berawal dengan 10 program di tahun 2021, kini PHR dalam setahun telah melaksanakan 30 program TJSL yang dilaksanakan oleh berbagai mitra pelaksana yang jumlahnya juga meningkat dari 10 ke 21 mitra. Dari segi dampak ke masyarakat, terdapat peningkatan 4 kali lipat jumlah penerima manfaat, dari 5.000 menjadi 21.000 orang penerima manfaat di Provinsi Riau untuk seluruh program CSR di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Seluruh program itu tercakup ke dalam 12 dari 17 target atau goals dalam Sustainable Development Goals (SDGs).( Rlsphr/dpc)
Posting Komentar